Ternyata
sekolah dapat demikian menyenangkan. Itulah arti kata bahasa Jerman
yang mengawali tulisan kali ini. Ya, hal ini dapat kita jumpai ketika
kita membaca buku nonfiksi karangan Tetsuko
Kuroyanagi
yang berjudul Totto
Chan, Gadis Cilik di Jendela.
Sebuah buku yang menceritakan tentang seorang murid yang dianggap
nakal di kelas oleh gurunya.
Totto
Chan
selalu memandang sesuatu yang ada di luar jendela kelas ketika
pelajaran berlangsung. Hal itu dikarenakan rasa ingin tahunya yang
besar terhadap apa yang ia lihat di dunia luar sana. Karena guru-guru
sudah tidak tahan lagi, maka ia dikeluarkan dari sekolah. Kemudian
oleh mamanya, ia dimasukkan ke sebuah sekolah bernama Tomoe
Gakuen.
Sekolah ini sungguh unik. Ruangan kelas bukanlah dunia sempit yang
dibatasi oleh tembok-tembok akan tetapi bekas gerbong kereta yang
disulap menjadi kelas. Maka ketika pelajaran berlangsung, seakan-akan
kita sedang melakukan sebuah perjalanan. Menarik bukan? Kurikulum
juga disusun secara berbeda. Siswa sendiri yang menentukan urutan
pelajaran yang akan dipelajarinya. Siswa di sana tidak hanya belajar
materi pelajaran, akan tetapi juga belajar nilai-nilai kehidupan
seperti balajar persahabatan, rasa hormat, menghargai orang lain dan
kebebasan menjadi diri sendiri.
Belajar
dengan cara seperti itu memang menyenangkan. Anak tidak terikat
dengan sebuah “ keharusan belajar “. Belajar bahkan bisa menjadi
sebuah kegiatan yang dirindukan oleh anak. Dan bukan hanya caranya
yang menyenangkan, hasilnya pun nyata. Banyak teman Totto
Chan
menjadi orang-orang yang berhasil. Ya, sebenarnya tujuan pendidikan
dasar adalah menanamkan rasa percaya diri, menggugah ketertarikan,
memupuk keingintahuan, dan membuat anak dapat mandiri. Kualitas
pengetahuan akan datang sendiri ketika tujuan tersebut tercapai.
Melihat dari kenyataan yang ada dan dikomparasikan dengan pendidikan
di Indonesia maka perlu ada sebuah pembenahan. Banyak kegiatan
belajar di sekolah yang monoton dan konvensional. Anak-anak
“terpaksa” duduk rapi di kursi mulai dari jam tujuh pagi hingga
siang hari. Benar-benar membosankan. Padahal apabila sebuah kelas ada
di tangan guru yang kreatif, guru yang selalu mengadakan perubahan,
maka dalam diri anak akan terbentuk rasa suka. Rasa suka terhadap
kegiatan belajar. Perubahan – perubahan itu mulai dari menggunakan
berbagai metode pembelajaran, misalnya PAKEM dan PAIKEM.
Pengorganisasian kelas dan pengaturan kelas yang baik, dan adanya
kebebasan berpendapat pada diri siswa. Siswa diharapkan tidak akan
bosan untuk belajar.
Roziqin,
Agus Ainur .2006. Toto
Chan, Cermin Retak Pendidikan.
Available at
http://www.klubguru.com/2-view.php?subaction=showfull&id=1234423323&archive=&start_from=&ucat=2&do=artikel
Widiarti,
Evi. 2008. Mendobrak
System Pendidikan Formal yang Memasung Kreativitas.
Available at
http://www.bookoopedia.com/resensi/rid-24648-76/mendobrak-system-pendidikan-formal-yang-memasung-kreativitas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar