Selasa, 15 Mei 2012

Untuk Merpati-Merpati Kecilku,


Sebulan lagi aku akan melepasmu
burung-burung kecilku
Dengan berbekal rasa cinta dan kebaikan
Aku akan melepas kalian
Terbanglah ke langit yang lebih tinggi, capailah bintang-bintang di langit
Jangan pernah ragu untuk melangkah
Jangan pernah takut untuk terbang
Dunia indah di depan mata
Kalian akan melihat dunia yang lebih indah lagi
Lebih dari yang sekarang,,,,

Sayap-sayap kalian adalah pengharapan ayah bunda
kejarlah mimpi kalian
raihlah cita dan harapan

Aku disini takkan lelah mendoakan kalian
Bersama mentari akan selalu menyinari kepak sayapmu
Menemanimu untuk melihat seisi dunia
Bersama rengkuhan sayap-sayap citamu

15 Mei 2012
(untuk Selalu Mengabdi pada Negeri)

Selasa, 08 Mei 2012

So Wunderbar Kann Schule Sein….


Ternyata sekolah dapat demikian menyenangkan. Itulah arti kata bahasa Jerman yang mengawali tulisan kali ini. Ya, hal ini dapat kita jumpai ketika kita membaca buku nonfiksi karangan Tetsuko Kuroyanagi yang berjudul Totto Chan, Gadis Cilik di Jendela. Sebuah buku yang menceritakan tentang seorang murid yang dianggap nakal di kelas oleh gurunya.
Totto Chan selalu memandang sesuatu yang ada di luar jendela kelas ketika pelajaran berlangsung. Hal itu dikarenakan rasa ingin tahunya yang besar terhadap apa yang ia lihat di dunia luar sana. Karena guru-guru sudah tidak tahan lagi, maka ia dikeluarkan dari sekolah. Kemudian oleh mamanya, ia dimasukkan ke sebuah sekolah bernama Tomoe Gakuen. Sekolah ini sungguh unik. Ruangan kelas bukanlah dunia sempit yang dibatasi oleh tembok-tembok akan tetapi bekas gerbong kereta yang disulap menjadi kelas. Maka ketika pelajaran berlangsung, seakan-akan kita sedang melakukan sebuah perjalanan. Menarik bukan? Kurikulum juga disusun secara berbeda. Siswa sendiri yang menentukan urutan pelajaran yang akan dipelajarinya. Siswa di sana tidak hanya belajar materi pelajaran, akan tetapi juga belajar nilai-nilai kehidupan seperti balajar persahabatan, rasa hormat, menghargai orang lain dan kebebasan menjadi diri sendiri.
Belajar dengan cara seperti itu memang menyenangkan. Anak tidak terikat dengan sebuah “ keharusan belajar “. Belajar bahkan bisa menjadi sebuah kegiatan yang dirindukan oleh anak. Dan bukan hanya caranya yang menyenangkan, hasilnya pun nyata. Banyak teman Totto Chan menjadi orang-orang yang berhasil. Ya, sebenarnya tujuan pendidikan dasar adalah menanamkan rasa percaya diri, menggugah ketertarikan, memupuk keingintahuan, dan membuat anak dapat mandiri. Kualitas pengetahuan akan datang sendiri ketika tujuan tersebut tercapai.
Melihat dari kenyataan yang ada dan dikomparasikan dengan pendidikan di Indonesia maka perlu ada sebuah pembenahan. Banyak kegiatan belajar di sekolah yang monoton dan konvensional. Anak-anak “terpaksa” duduk rapi di kursi mulai dari jam tujuh pagi hingga siang hari. Benar-benar membosankan. Padahal apabila sebuah kelas ada di tangan guru yang kreatif, guru yang selalu mengadakan perubahan, maka dalam diri anak akan terbentuk rasa suka. Rasa suka terhadap kegiatan belajar. Perubahan – perubahan itu mulai dari menggunakan berbagai metode pembelajaran, misalnya PAKEM dan PAIKEM. Pengorganisasian kelas dan pengaturan kelas yang baik, dan adanya kebebasan berpendapat pada diri siswa. Siswa diharapkan tidak akan bosan untuk belajar.

Roziqin, Agus Ainur .2006. Toto Chan, Cermin Retak Pendidikan. Available at http://www.klubguru.com/2-view.php?subaction=showfull&id=1234423323&archive=&start_from=&ucat=2&do=artikel

Widiarti, Evi. 2008. Mendobrak System Pendidikan Formal yang Memasung Kreativitas. Available at http://www.bookoopedia.com/resensi/rid-24648-76/mendobrak-system-pendidikan-formal-yang-memasung-kreativitas.html

Selasa, 01 Mei 2012

Letter love for my children at Grade Vth A Brosot Elementary School


Anak-anakku, siswa kelas VA
Saat ibu menulis surat ini, adalah saat yang ibu rasa berat. Perlahan tapi pasti, detakan jarum jam menjemput waktu dan lambat laun akan memisahkan kita. Bahagia dan haru, itulah yang Ibu rasa…Karena selama 54 hari kita belajar bersama. Sesuatu yang kelak akan menjadi sebuah kenangan…

Terima kasih anak-anakku, kalian adalah siswa-siswi pertama Ibu…Anak-anak hebat yang mau menerima Ibu sebagai guru kalian di Sekolah Dasar…Terima kasih…
Kita belajar bersama Nak, karena tidak hanya kalian yang berlajar dari Ibu, namun Ibu juga telah benyak belajar dari kalian…

Ibu belajar membuka diri dengan kalian…Dunia anak-anak yang terkontaminasi dengan efek globalisasi. Sebuah dunia yang asing, namun harus Ibu ketahui…
Realita, cinta, gaya hidup, jejaring sosial. Itu yang Ibu pelajari dari kalian, anak-anak hebat…

Tanggal 2 Mei 2011. Hari itu hari Senin, tepat diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional. Sebuah kado terindah untuk Ibu, karena Ibu pertama kali mengajar pada tanggal itu, saat hari Pendidikan Nasional. Jujur, pertama kali Ibu mengajar, ibu kaget,,, Speechless..Kalian ramai sekali. Amat sangat ramai sekali!!?! Tapi Ibu berusaha untuk beradaptasi dengan keadaan ini.

Ibu….adalah orang tua kalian selama di sekolah. Menurutlah dengan Ibu, karena itu juga demi kebaikan kalian. Namun beberapa masih membangkang dengan Ibu, dengan segala perintah Ibu… Ibu mohon bersikaplah lebih baik lagi dengan Bapak/Ibu Guru yang lain.

Banyak sekali kenangan di kelas VA…
Mata Ibu akan berkaca-kaca ketika mengenangnya. Akan Ibu sampaikan kesan Ibu satu persatu terhadap kalian. Sesuatu yang akan selalu mengingatkan Ibu terhadap kalian. Ketika suatu saat Ibu tidak bersama kalian lagi …



Surat ini aku tulis setahun yang lalu, ketika aku masih mengajar di kelas VA