Kebun
Ajaib Ibu Tania
Ibu
Tania adalah seorang ibu yang rajin melakukan kegiatan di rumah. Setiap pagi
setelah ibu Tania menyelesaikan kegiatan di rumah, beliau merawat dan menyiram
kebun yang ia rawat sendiri. Ibu Tania memang pandai dalam memanfaatkan pekarangan
rumah. Halaman yang sempit beliau tanami dengan berbagai macam tanaman berupa
tanaman hias, sayur-sayuran, buah-buahan, dan beberapa macam rumput perdu.
Beliau menggunakan lahan sempit dengan bertanam hidroponik.
Lain
dengan ibunya, Tania termasuk anak yang pemalas. Jangankan membantu pekerjaan
rumah, merapikan tempat tidurnya sendiri ia malas-malasan. Melihat ibunya
telaten merawat tanaman tidak membuat dirinya ikut membantu. Tania banyak
menghabiskan waktunya untuk bermain game
online di handphone.
“Tan,
sini bantu ibu!”
“Aku
sibuk Bu. Jangan ganggu aku, ini baru seru-serunya Bu”, kata Tania.
Ibu
Tania hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum. Ia tahu anaknya pasti
tidak tertarik dengan kegiatan tanam-menanam seperti yang dilakukannya.
Memaksanya sama artinya dengan membuat tanaman yang ditanam berantakan.
Begitulah sifat Tania.
Malam
ini Tania susah terpejam, tangannya sibuk menepuk udara. Ia mencari beberapa
nyamuk yang nakal mengisap darahnya dan meninggalkan gatal yang kurang nyaman
dirasa. Ia berpikir bahwa nyamuk-nyamuk itu datang karena ibunya membuat
halaman menjadi penuh tanaman. Pasti nyamuk senang bermain dan tinggal pada
sela-sela daun di kebun ibunya. Begitu pikirnya.
Ketika
pagi menjelang, ia melihat ibunya sudah asyik merawat tanaman lagi. Tania
agaknya mengantuk karena semalam ia kurang tidur. Beberapa titik di kulitnya
berwarna merah dan bentol-bentol tanda ia digigit nyamuk.
“Bu,
nanti Tania ijin beli lotion kulit
yang anti gigitan serangga ya Bu “
“Sekalian
belikan ibu pupuk ya Nak, nanti ibu beri catatan apa yang harus kamu beli di
toko Subur Makmur Jaya”, ibunya berdiri bersiap ke dalam rumah mengambil uang.
“Bu,
buat apa sih Ibu menanam tanaman ini? Menurutku tanaman di kebun kita
kebanyakan. Coba ibu lihat, kebun sekecil ini ibu tanami banyak sekali tanaman”
“Semalam
Tania digigit nyamuk banyak nih Bu. Pasti nyamuknya sembunyi dan tidur
disela-sela daun tanamannya Ibu. Ini malah ibu mau menambah dengan tanaman
rumput. Duuh… Nanti anakmu ini bentol-bentol lho Bu” kata Tania sambil memegang
tanaman dalam polybag yang berbentuk
rumput.
“Sudah
sana, katanya mau beli lotion. Ibu
titip ya, tolong belikan pupuk. Tanaman Ibu butuh makan. Biar gendut seperti
kamu” Ibu Tania tersenyum lagi. “Kapan-kapan ibu cerita ke Tania mengapa Ibu
suka berkebun”
Malam
harinya Tania sudah terlelap sejak lepas Isyak. Ia kelelahan karena hari ini
ada kegiatan berenang bersama teman-teman sekelasnya. Saking lelapnya ia lupa
mengoleskan lotion ke seluruh
tubuhnya. Ketika pagi datang Tania terkaget-kaget, tubuhnya tidak banyak
digigiti nyamuk. Ia berpikir siapa yang mengoleskan lotion anti nyamuk ke tubuhnya. Ia melihat lotion yang ia beli masih utuh, belum ada yang membuka.
“Tan,
bagaimana tidurnya? Nyenyak sekali ya, karena kamu kecapekan renang” kata Ibu.
“Iya
Bu. Tania sampai lupa. Tidak mengoleskan obat anti nyamuk ke kulit Tania. Tapi
kok Tania tidak digigit nyamuk ya”
“Tania
ingat kemarin Ibu menanam beberapa buah polybag
yang isinya rumput?”
Tania
mengangguk.
“Tanaman
itu adalah serai wangi, Nak. Selain digunakan untuk penyedap makanan dan
minuman tanaman serai wangi juga bisa mengusir nyamuk. Makanya Ibu menanam
serai wangi dan meletakkannya di bawah jendela kamar agar nyamuk tidak masuk ke
kamar kita”
“Begitukah
Bu?” Tania kurang percaya.
“Tania,
semua yang diciptakan Tuhan bermanfaat. Termasuk tanaman yang Ibu tanam.
Kakekmu dulu adalah seorang petani yang sukses di desa dan ibu mewarisi hobi
menanam dari beliau. Coba Tania ingat, waktu malam-malam Tania ingin mi goreng,
itu Ibu ambilkan tomat, cabai, seledri, dan wortel dari kebun ini. Jadi kebun
ibu bisa bermanfaat menjadi warung hidup ataupun apotek hidup. Kamu mengerti
kan? Coba cari di handphonemu apa itu
warung hidup, jangan hanya game melulu”
Tania
kemudian mengambil handphone dan
mencari apa yang dimaksud ibunya. Ia kemudian senyum tanda mengerti maksud
ibunya. Ia berjanji mulai besok akan rajin membantu ibunya merawat kebun yang
sudah banyak berjasa untuk keluarganya itu. Ajaib bukan ada warung dan apotik
hidup di depan rumahnya. Butuh apa tinggal petik selama tanaman yang dimaksud
ada di kebun.
Karya: Rian Ika Maryani